Menhan

Menhan Dorong Akses Kesehatan Nasional Lewat Layanan Immunotherapy Nusantara dan DSA

Menhan Dorong Akses Kesehatan Nasional Lewat Layanan Immunotherapy Nusantara dan DSA
Menhan Dorong Akses Kesehatan Nasional Lewat Layanan Immunotherapy Nusantara dan DSA

JAKARTA - Kementerian Pertahanan RI memperluas jangkauan layanan kesehatan nasional dengan membuka akses publik terhadap layanan Immunotherapy Nusantara dan Digital Subtraction Angiography (DSA) di Rumah Sakit Pusat Pertahanan Negara (RSPPN) Panglima Besar Soedirman. 

Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin menegaskan bahwa fasilitas berteknologi tinggi tersebut bukan hanya ditujukan bagi personel militer, tetapi juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum.

“Ini tidak hanya untuk kepentingan TNI, tapi untuk seluruh publik bisa mencoba dan menikmati. Kita harapkan layanan ini bisa memberi dorongan kesehatan kepada seluruh bangsa Indonesia,” tutur Menhan saat memimpin peresmian fasilitas medis modern tersebut.

Acara peresmian berlangsung dengan penuh apresiasi dari berbagai pihak. Turut hadir Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto, Wakil Panglima TNI Jenderal TNI Tandyo Budi R., serta sejumlah tokoh masyarakat dan akademisi. 

Peresmian ini menjadi penanda penting bagi pengembangan layanan medis berbasis teknologi tinggi hasil karya anak bangsa, sekaligus langkah nyata menuju kemandirian kesehatan nasional.

Dukungan dari Dunia Pers dan Inovasi Anak Bangsa

Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, Akhmad Munir, yang turut hadir dalam peresmian, menyampaikan apresiasi atas keterbukaan pemerintah dalam memperkenalkan program Immunotherapy Nusantara. Ia menilai inovasi tersebut merupakan bukti konkret kemajuan riset dan teknologi kesehatan dalam negeri.

“Intinya kami senang diundang dan mendapat penjelasan soal program imun di RSPPN Soedirman. PWI berharap program ini membawa manfaat besar bagi seluruh rakyat Indonesia,” ujar Munir. 

Menurutnya, langkah Menhan membuka layanan medis ini untuk masyarakat umum sejalan dengan semangat kemandirian bangsa dan pemerataan akses kesehatan.

Akhmad Munir hadir bersama Sekretaris Jenderal PWI Zulmansyah Sekedang, Wakil Ketua Departemen Pertahanan dan Keamanan Bidang TNI Badar Subur, serta Wakil Ketua Bidang Pendidikan Zarman Syah. Kehadiran jajaran PWI menjadi wujud nyata dukungan dunia pers terhadap kolaborasi lintas sektor antara pertahanan dan kesehatan.

Munir menambahkan bahwa program ini menjadi simbol sinergi antara riset, kebijakan publik, dan pelayanan kesehatan berbasis teknologi. Dengan memanfaatkan inovasi lokal, Indonesia diharapkan dapat memperkuat ketahanan kesehatan nasional sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap produk medis luar negeri.

Komitmen TNI dan Pemerintah dalam Penguatan Kesehatan Nasional

Dalam kesempatan yang sama, Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto menyampaikan dukungan penuh terhadap langkah strategis Kementerian Pertahanan dalam menghadirkan fasilitas kesehatan berteknologi tinggi. Ia menilai bahwa kemajuan di bidang medis memiliki dampak langsung terhadap kesiapsiagaan nasional.

“TNI mendukung penuh setiap upaya peningkatan kualitas kesehatan, karena kesehatan yang baik akan memperkuat ketahanan dan kesiapsiagaan nasional,” ujarnya.

Jenderal Agus menegaskan bahwa kesehatan merupakan pondasi penting dalam memperkuat pertahanan negara. Dengan adanya fasilitas seperti Immunotherapy Nusantara dan DSA di lingkungan RSPPN, diharapkan seluruh lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan medis yang lebih cepat, tepat, dan berbasis riset ilmiah.

Langkah ini juga mencerminkan paradigma baru dalam strategi pertahanan modern bahwa kesehatan publik dan kekuatan militer saling berkaitan erat. Keduanya membentuk fondasi kokoh bagi pembangunan sumber daya manusia unggul yang siap menghadapi tantangan masa depan.

Kolaborasi Antarlembaga untuk Pemerataan Akses Kesehatan

Kehadiran Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) atau Kepala Bappenas, Rachmat Pambudy, dalam peresmian tersebut menambah semangat kolaborasi lintas kementerian. 

Ia bahkan turut serta mendonorkan plasma darahnya untuk proses immunotherapy, sebagai bentuk dukungan nyata terhadap pengembangan teknologi kesehatan dalam negeri.

“Pak Menhan Sjafrie menawarkan saya untuk segera immunotherapy. Jadi susah saya tolak. Ya saya ikuti saja. Baru pertama kali juga ini,” ujar Guru Besar bidang Kewirausahaan di IPB itu sambil tersenyum.

Langkah ini menunjukkan sinergi kuat antara lembaga pertahanan, riset, dan perencanaan pembangunan nasional dalam memperkuat layanan publik. Pemerintah menegaskan komitmennya untuk menjadikan fasilitas RSPPN Soedirman sebagai pusat rujukan nasional bagi inovasi medis berbasis teknologi tinggi.

Selain memberikan manfaat bagi masyarakat sipil, kehadiran fasilitas ini diharapkan mempercepat pengembangan penelitian kesehatan dan meningkatkan kualitas layanan di seluruh rumah sakit militer Indonesia. 

Inovasi ini sekaligus mempertegas bahwa sektor pertahanan kini tidak hanya fokus pada aspek militer semata, tetapi juga berperan penting dalam membangun kesejahteraan nasional.

Menutup acara, Menhan Sjafrie menegaskan kembali bahwa pengembangan layanan Immunotherapy Nusantara merupakan bagian dari visi besar Kementerian Pertahanan untuk memperkuat ketahanan bangsa melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia. 

“Kami ingin seluruh rakyat Indonesia merasakan manfaatnya, bukan hanya kalangan TNI,” ujarnya.

Kolaborasi yang terjalin antara Kementerian Pertahanan, TNI, Bappenas, dan PWI ini menjadi contoh nyata bagaimana inovasi dan kerja sama dapat memperkuat daya saing bangsa di bidang kesehatan. 

Dengan langkah ini, Indonesia bergerak menuju era baru kemandirian medis yang tidak hanya menopang kekuatan pertahanan, tetapi juga menyehatkan seluruh rakyatnya.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index