JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menjelaskan penurunan cadangan devisa (cadev) Indonesia dalam beberapa bulan terakhir merupakan bagian dari langkah strategis untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Gubernur BI Perry menyampaikan bahwa langkah-langkah stabilisasi ini dilakukan di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat.
Menurut Perry, langkah stabilisasi nilai tukar rupiah membutuhkan kebijakan yang menyentuh cadangan devisa, sehingga terjadi penurunan sementara pada saldo devisa negara. Ia menegaskan, tujuan utama dari tindakan ini adalah memastikan nilai tukar rupiah tetap berada pada level yang stabil dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
Perkembangan Cadangan Devisa Indonesia
Cadangan devisa Indonesia pada akhir tahun lalu tercatat sebesar US$ 155,7 miliar, kemudian mengalami penurunan menjadi US$ 148,73 miliar pada September 2025. Penurunan ini dipicu oleh upaya BI untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.
Melihat tren bulanan, cadangan devisa sempat berada di angka US$ 152,56 miliar pada Juni 2025, kemudian menurun menjadi US$ 151,98 miliar pada Juli dan Agustus 2025, sebelum mencapai titik terendah pada September. Namun, pada bulan berikutnya cadangan devisa kembali menunjukkan peningkatan menjadi US$ 149,93 miliar.
Perry menekankan, penurunan ini bukanlah indikasi kelemahan ekonomi, melainkan konsekuensi dari strategi menjaga kestabilan nilai tukar rupiah yang bersifat preventif dan diperlukan untuk mengantisipasi gejolak global.
Langkah Stabilitas Nilai Tukar Rupiah
Dalam menstabilkan nilai tukar rupiah, BI lebih banyak menggunakan instrumen non-delivery forward (NDF), baik di pasar offshore maupun domestic NDF (DNDF). Sementara intervensi secara spot atau tunai dilakukan dalam skala lebih kecil, sehingga dampaknya terhadap cadangan devisa tidak langsung terlihat sepenuhnya.
“Intervensi melalui NDF menjadi pilihan utama kami karena fleksibilitasnya tinggi dan lebih efektif dalam menjaga volatilitas rupiah,” jelas Perry. Hal ini menunjukkan BI tetap melakukan pengelolaan moneter yang hati-hati sambil memastikan pasar keuangan domestik tetap stabil.
Dampak Arus Modal Asing dan Kebijakan BI
Selain kebijakan stabilisasi, gejolak pasar keuangan global turut memengaruhi cadangan devisa. Aliran dana asing yang keluar dari pasar saham, Surat Berharga Negara (SBN), dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) memicu kebutuhan intervensi lebih lanjut.
Namun, Perry menambahkan, arus masuk modal asing ke SBN menunjukkan adanya sinyal positif, yang membantu memperkuat posisi cadangan devisa. Ia menekankan bahwa kebijakan BI selalu mempertimbangkan keseimbangan antara stabilisasi nilai tukar rupiah dan ketahanan devisa nasional.
Dengan langkah-langkah ini, BI memastikan cadangan devisa tetap berada dalam level yang memadai, sekaligus memberikan sinyal kuat bagi pasar mengenai komitmen menjaga stabilitas ekonomi dan nilai tukar.