JAKARTA - Musim gugur di China menghadirkan banyak street food yang memikat, mulai dari camilan manis hingga hidangan gurih hangat.
Tanghulu, misalnya, menjadi primadona bagi pecinta camilan manis di kota-kota besar seperti Beijing dan Tianjin. Buah hawthorn yang ditusuk bambu kemudian dicelup dalam gula panas menghasilkan lapisan renyah berkilau dengan rasa asam manis alami.
Kini, variasi tanghulu berkembang dengan stroberi, anggur, atau potongan jeruk, ditambah lapisan wijen atau gula halus yang mempercantik tampilan.
Kacang kastanye panggang atau roasted chestnut menjadi camilan ikonik musim gugur lainnya. Dipanggang dalam pasir panas agar matang merata, aroma kacang manisnya memenuhi jalanan dan menarik perhatian pejalan kaki. Camilan ini mudah ditemui di Beijing hingga Harbin dan cocok dinikmati sambil berjalan-jalan.
Jianbing hadir sebagai sarapan praktis yang mengenyangkan. Adonan tipis seperti crepes di atas pelat logam panas dipadukan telur, saus kacang asin, daun bawang, ketumbar, dan kerupuk tipis, lalu digulung sehingga mudah disantap saat bepergian.
Teksturnya renyah di luar, lembut di dalam, menciptakan perpaduan rasa asin, gurih, dan sedikit manis yang memikat.
Roti Kukus dan Isian Gurih untuk Sarapan Hangat
Selain camilan manis, street food gurih di musim gugur juga banyak diminati. Baozi atau roti kukus isi menjadi pilihan utama masyarakat China untuk sarapan.
Adonannya yang lembut dihasilkan dari fermentasi singkat tepung terigu, sedangkan isian bervariasi mulai dari daging babi, ayam, jamur, hingga sayuran seperti kubis dan daun bawang yang dibumbui kecap dan minyak wijen.
Variasi regional menambah keunikan cita rasanya; misalnya, baozi khas Shanghai sedikit manis karena saus hitam, sedangkan versi Beijing lebih gurih dan padat. Baozi dikukus dalam kukusan bambu bertingkat untuk menjaga aroma bahan tetap natural.
Tanghulu sebagai camilan manis tetap diminati di pagi hingga malam hari, terutama di area sekolah, taman, atau pusat keramaian kota.
Kacang kastanye panggang yang harum dan manis juga menjadi pendamping camilan gurih seperti roti kukus, menciptakan pengalaman kuliner jalanan yang tak terlupakan.
Sup Hangat dan Pedas untuk Melawan Dingin
Untuk hidangan berkuah, sup domba pedas atau rou tang menjadi favorit di wilayah utara China seperti Lanzhou, Xi’an, dan Hohhot.
Potongan daging domba dimasak lama bersama jahe, bawang putih, cabai, serta rempah seperti jintan dan ketumbar hingga lemak domba meresap ke kaldu. Kuahnya pekat, aroma tajam, dan dagingnya empuk membuat sup ini sempurna untuk menghangatkan tubuh saat udara mulai dingin.
Hidangan ini biasanya disajikan bersama mie atau roti datar lokal mo, menambah tekstur dan membuatnya lebih mengenyangkan.
Tanghulu yang manis dan kacang panggang yang harum menghadirkan kontras rasa bagi pecinta camilan jalanan. Jianbing sebagai sarapan praktis tetap menjadi favorit pelajar dan pekerja, sementara baozi hangat menyumbang sensasi kenyamanan di pagi yang sejuk.
Kombinasi manis, gurih, dan pedas membentuk pengalaman kuliner musim gugur yang unik.
Street Food Musim Gugur Sebagai Destinasi Kuliner
Menjelajahi street food China di musim gugur tidak hanya soal rasa, tetapi juga pengalaman budaya. Setiap kios menawarkan cita rasa khas daerahnya, seperti Baozi Beijing yang gurih, Tanghulu Tianjin yang manis, atau sup domba Lanzhou yang pedas.
Aroma dan tampilan makanan jalanan ini menarik perhatian warga lokal dan wisatawan, menciptakan interaksi sosial sekaligus memuaskan rasa lapar.
Musim gugur menjadi waktu yang tepat untuk berburu kuliner, dari camilan renyah, roti kukus hangat, hingga sup pedas penghangat tubuh. Street food ini bukan sekadar makanan, tetapi bagian dari tradisi dan identitas kuliner China yang kaya.
Bila suatu hari mengunjungi Beijing, Shanghai, atau Chengdu di musim gugur, pilihan mana yang akan dicoba terlebih dahulu—Tanghulu manis, baozi hangat, kacang kastanye panggang, atau sup domba pedas semuanya menawarkan pengalaman rasa yang tak terlupakan.